Senin, 29 Juli 2019

Kain Tenun Khas Sulawesi Barat

Produk menarik lainnya yang akan kita bahas adalah kain tenun khas Sulawesi Barat. Sudah sejak lama Sulawesi Barat dikenal sebagai penghasil tenun sutera terbaik di nusantara, dengan metode konvensionalnya/dibuat melalui cara tradisional dan masih menggunakan alat tenun yang sangat sederhana yaitu ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), motifnya yang unik serta proses pembuatannya (handmade) membuat kain-kain tenun ini menjadi produk yang cukup banyak diminati.  

Apa saja dan bagaimana kain tenun khas Sulawesi Barat? Mari kita ulas satu per satu.

1. Kain Tenun Sutera Mandar
Kain Tenun Mandar merupakan tenunan tradisional khas suku Mandar Sulawesi Barat. Ditenun oleh tangan-tangan terampil perempuan Mandar sejak dahulu. Menenun merupakan kegiatan yang sering Ibu-ibu di daerah pesisir di Polewali Mandar dan sekitarnya lakukan sebagai mata pencaharian tambahan sembari menunggu suaminya pulang melaut.  
Kain Tenun Mandar motif Sarifah.
Lipa' Sa'be atau sarung sutera Mandar ini dibuat menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)/Panette/Parewa Tandayang (Bahasa Mandar) sehingga untuk menghasilkan selembar kain tenun bisa memakan waktu 2-3 minggu bahkan ada yang berbulan-bulan lamanya tergantung dari tingkat kesulitan motif yang dibuat. Benang yang digunakan adalah benang sutera asli (benang dari ulat sutera) dan benang india (silk india) atau  benang sutera imitasi, benang perak dan benang emas juga biasanya ditambahkan pada motif tertentu.
Sutera Mandar terbuat dari benang sutera asli, bahannya lebih tipis dan halus. 
Ditinjau dari bentuk motifnya kain tenun Mandar terbagi atas dua jenis yaitu Sure' dan Bunga. Motif Sure' merupakan motif yang paling klasik (motif asli dari sutera Mandar) ditandai dengan motif kotak-kotak kecil. Sementara lipa' sa'be motif bunga dibuat dengan hiasan bunga atau ornamen lainnya yang menjadikan tampilannya lebih mencolok dan menawan.
Ciri khas kain tenun Mandar adalah warna-warnanya yang terang atau cerah seperti warna merah, kuning, hijau dengan desain garis geometris yang lebar, meskipun polanya sederhana namun dengan adanya penambahan benang emas dan perak menjadikan tenun mandar ini terlihat istimewa dan indah.
Kain Tenun Mandar motif perahu SANDEQ biasanya digunakan sebagai bahan membuat baju/kemeja, dsb.

Kain Tenun Mandar motif Bunga Safe' dan motif Kembang 99.

Kain sarung sutera Mandar biasanya hanya dipakai pada saat acara-acara tertentu saja seperti acara pernikahan, upacara adat, upacara keagamaan, dll. Ukuran selembar tenun Mandar ini sekitar 385 cm x 58 cm, selain dibuat menjadi sarung, bisa juga dikreasikan menjadi kemeja/rok/blazer, dsb.

2. Kain Tenun Sekomandi
Kain tenun Sekomandi adalah tenun ikat tradisional dari Kalumpang, Kabupaten Mamuju-Sulawesi Barat. Tenun sekomandi ini merupakan warisan leluhur masyarakat Mamuju yang usia motifnya diperkirakan mencapai ratusan tahun. 



Keunikan dari Sekomandi ini ada pada motif dan proses pembuatannya yang masih sangat tradisional, mulai dari pewarnaan benang hingga proses menenunnya. 
Benang yang digunakan pada tenun ini adalah benang kapas yang dipintal secara manual dan melalui proses yang cukup rumit untuk pewarnaanya karena menggunakan bahan-bahan dari alam seperti lengkuas, kemiri, jahe, kluwak, akar mengkudu, cabe rawit dan berbagai macam tumbuhan lainnya. Benang yang akan digunakan direndam dalam larutan pewarna ini selama berminggu-minggu secara berulang untuk menghasilkan warna yang bagus.      
Proses pembentukan pola/motif kain ini berdasarkan imajinasi dan kreatifitas penenun itu sendiri, namun tetap menonjolkan motif khasnya yang memiliki jenis dan makna tertentu, oleh karena itu sekomandi menjadi kain yang bernilai tinggi dan tidak diproduksi secara massal.


Sekomandi, berasal dari dua kata, yaitu Seko yang dalam bahasa Mamuju artinya persaudaraan atau kekeluargaan, dan Mandi yang berarti kuat dan erat. Sehingga Sekomandi dapat dimaknai sebagai "Ikatan persaudaraan/kekeluargaan yang kuat dan erat"
Sekomandi ini tersedia dalam berbagai macam ukuran, ada yang berbentuk syal yang bisa juga digunakan sebagai ikat kepala, ada yang berukuran sedang dan lebar biasanya digunakan sebagai taplak meja atau hiasan dinding, bahkan ada pula yang ukurannya besar dan panjang, proses tenunnya ini memakan waktu hampir setahun dan dihargai hingga jutaan rupiah, akan tetapi semua bentuk tenun ikat sekomandi ini sebenarnya bisa digunakan sebagai bahan kombinasi pakaian, bisa dikreasikan dengan kain polos untuk membuat berbagai busana modern namun tetap menonjolkan unsur etniknya.

3. Kain Sambu (Kain Tenun Asli Mamasa)
Kain Sambu (Sarung) Mamasa adalah warisan budaya dari para leluhur yang diajarkan turun temurun. Pembuatan kain tenun sambu ini sebagian besar dikerjakan oleh para wanita yang bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Mamasa dikenal sebagai daerah pegunungan yang dingin dan jaraknya jauh dari kota, dengan latar belakang inilah yang membuat masyarakat Mamasa di masa lampau akhirnya membuat kain tenun/sarung sendiri untuk digunakan sehari-hari.
Sama seperti kain tenun khas Sulawesi Barat lainnya, tenun sambu ini juga dikerjakan menggunakan ATBM/alat tenun gedogan. 

Biasanya kain sambu ini digunakan dalam upacara-upacara adat, seperti acara perkawinan,  upacara kematian, dll.





>> Selanjutnya, Souvenir dan Aksesoris khas Sulawesi Barat.